Cinta Islami Remaja Globalisasi

SETIAP INSAN pasti dianugerahi perasaan cinta, baik cinta yang sifatnya ilahiyah maupun insaniah. Rasa cinta muncul (timbul) karena faktor pribadi (manusia). Namun, sebelum kita menyelam lebih dalam tentang substansi dan inti cinta, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa sebenarnya cinta itu? Makhluk sejenis apakah ia? Sehingga setiap pribadi senantiasa berusaha dan berupaya mendapatkannya.

Batasan Cinta

Cinta tergolong makhluk misterius yang masih selalu dibalut oleh selimut kerahasiaan. Ia sulit dimengerti dan difahami dengan penjelasan yang mudah dan simpel. Ibnu Hazm al-Dhahari (seorang tokoh Mazhab Fiqh Dhahiri) menyatakan: “Cinta itu tidak dapat dilukiskan, namun harus dirasakan dan dialami”. Komentar Ibnu Hazm . Cinta juga menimbulkan keanehan. Hal ini biasanya timbul karena adanya perubahan yang terjadi pada diri pelakunya. Perubahan ini disebabkan belum terbentuknya kesiapan kondisi jiwa dalam menghadapi segala konsekuensi yang akan dimunculkan oleh cinta. “Bila datang rasa cinta, hati-hati dan waspada. Jaga, pelihara serta kuasailah.” Karena tidak adanya penguasaan itulah, terkadang kita menjadi seorang yang rajin sekolah, shalat berjamaah, padahal sebelum menemukan cinta, kita terkungkung dalam kemalasan.

Dalam buku Tafsir Sepersepuluh dari al-Quran al-Karim dijelaskan, bahwa terdapat macam-macam mahabbah (kecintaan), yaitu 1) mahabbatullah (cinta kepada Allah), adalah dasar utama keimanan; 2) al-mahabbah fi Allah (cinta karena Allah), yaitu loyalitas pada kaum mukminin dan mencintai mereka secara global; 3) mahabbah ma`allah (kecintaan bersama Allah), yaitu mencintai selain Allah dalam kecintaan yang wajib sama seperti mencintai Allah; dan 4) mahabbah thabi`iyyah (kecintaan yang wajar), seperti mencintai kedua orang tua, anak-anak, makanan dan lainnya. Kecintaan ini adalah boleh.

Masalah Cinta

Dalam konteks cinta remaja, cinta selalu dikaitkan dengan hubungan laki-laki/perempuan (pacaran)
Apalagi gaya berpacaran remaja sekarang selalu identik dengan gaya berpacaran penuh kemaksiatan, seperti binatang yang tak mengenal aturan. Mislanya melakukan seks bebas, bermesraan di tempat-umum, dll. Anehnya, mereka melakukannya tanpa perasaan malu atau berdosa. Terkadang bukan hanya hubungan berpacaran saja yang dipenuhi kemaksiatan, bahkan pemuda-pemudi yang hanya bersahabat saja mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang tak sewajarnya.

Cinta yang Sesungguhnya

Cinta islami senantiasa dibangun di atas pondasi yang bercorak islam; al-Quran dan Hadis. Kita perlu mencoba menerapkan konsep cinta yang ditawarkan oleh Islam. Islam menekankan kepada para penjalin (pelaku) cinta kasih untuk mencintai kekasihnya dengan landasan ilahiyah (ketuhanan), semata karena Allah SWT. Dalam salah satu Hadis Qudsi-Nya Allah mengatakan; “Kecintaan-Ku wajib kuberikan kepada orang yang menjalin cinta kasih semata karena Aku” (wajabat mahabbatii li al-mutahabbina fiyya).

Maka dari itu cintailah seseorang dengan sewajarnya. Menurut Nurul H. Maarif, konsep “kewajaran cinta kasih” sebenarnya diilhami oleh Hadis Nabi Muhammad Saw yang menekankan kepada pelaku cinta kasih supaya mencintai kekasih hatinya secara wajar, karena tidak menutup pintu kemungkinan, sang terkasih pada suatu saat justeru akan menjadi musuh yang paling dibenci. Begitu pula terhadap orang yang dibenci, jangan kelewat batas memberikan porsi kebencian kepadanya, karena siapa sangka pada suatu saat nanti ia justeru akan menjadi orang yang paling dicintai dan dikasihi.

Adab Bergaul dengan Lawan Jenis

Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa ketertarikan terhadap lawan jenis”. Sebagai hamba Allah SWT kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus dijaga dan dirawat, terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis, agar tidak ada madharat (bahaya) atau bahkan fitnah yang bisa muncul. Untuk itu, sebaiknya kita sebagai remaja memperhatikan dan menjaga adab dalam bergaul dengan lawan jenis. Diantara adab-adab itu adalah:

  • jangan berkhalwat (berdua-duaan)/TTM atau teman tapi mesra.
  • menundukkan pandangan.
  • jaga aurat terhadap lawan jenis. tidak boleh ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan.
  • menjaga kemaluan.

By : Isny Red | eagle ed. oktober 2014

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *