Workshop AKM

MAN 2 PASURUAN GELAR PERTAMA WORKSHOP ASESMEN KOMPETENSI  MINIMAL (AKM)

Gaung penilaian kepada guru yang disebut Asesmen Kompetensi Guru (AKG) dan Asesmen Kopmoetensi Kepala (AKK)  serta Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) terus digulirkan oleh pemerintah dalam hal ini oleh kemendikbud dan kemenag RI. Asesmen itu bertujuan untuk melakukan pemetaan tentang penguasaan kemampuan siswa, guru dan kepala pada ranah literasi, numerasi dan survei lingkungan belajar bukan untuk menilai apalagi perangkingan, sehingga pemerintah bisa membaca dan mengetahui kelebihan dan kekurangan kompetensi sekolah dan di daerah dalam skala nasionada. Khusus AKM di madrasah, MAN 2 Pasuruan punya perhatian khusus dengan mendahului membuat workshop penyusunan soal AKM yang dilaksanakan selama 3 hari yakni 7, 8 dan tanggal 10 Desember 2020 diikuti oleh semua guru. Workshop penyusunan soal AKM ini baru pertama secara cerdas dan cepat di laksanakan di MÀN 2 Pasuruan karena belum pernah dilaksanakan di madrasah lain dan  di lingkungan dinas pendidikan. Dalam workshop ini mendatangkan 2 narasumber yakni Nursalim pengawas Jatim dan Dwi Ilham Rahardjo widyaiswara LPPM Jatim serta As’adul Anam kakankemenag kab. Pasuruan sebagai kaeynote speaker. Workshop dibuka oleh Plt. Kasi Pendma M Yusuf. Tujuan workshop menurut Firmansyah kepala MAN 2 Pasuruan adalah memberi keterampilan kepada guru-guru untuk siap menyusun soal AKM  sebagai alat penilaian siswa di ujian semester dan akhir semester sambil menunggu regulasi berlakunya AKM. Asadul Anam mengemukakan dalam pidatonya bahwa workshop AKM ini adalah langkah cepat dan maju untuk menyiapkan guru guru dalam pembelajaran yang harus berbeda sesuai dengan penilaian siswa yang berbentuk asesmen. Dia berharap kemampuan literasi dan numerasi siswa terus naik pasca peberapan AKM. Selanjutnya para narasumber terus melatih guru untuk bisa terampil dan kreatif membuat soal AKM yang berbasis nalar. Ciri soal bernalar yaitu dengan memberi stimulus. Model soal sudah tidak lagi hapalan dan pemahaman oleh karena itu cara mengajar guru juga harus berubah melatih penalaran siswa (high thinking). Dia mengingatkan posisi literasi Indonesia sangat rendah yakni rangking  72 dari 77 negara yang dilakukan oleh PISA (Programe for International Student Assessment). Untuk menurunkan posisi literasi yang rendah maka cara belajar dan mengajar harus berubah yakni dengan merubah karakter menjadi karakter pancasila yang berisi 6 poin yaitu keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, bernalar kritis, kreatif, mandiri, bergotongroyong dan kebhinnekaan global. Selanjutnya dalam penilaian siswa melalui literasi, numerasi dan survey lingkungan. Untuk memberi bekal keoada peserta, guru dilatih membuat soal berbasis karakter pancasila dan soal dengan nalar tinggi level 4 dan 5. Bahkan para guru bisa mencicipi bentuk soal yang disusun PISA. “ waduh luar biasa..soal yang disusun PISA untuk siswa sudah sedemikian tinggi mengajak bernalar”, kata M Tohir salah satu guru peserta. (Ham)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *