Oleh : Ir.HM.Irham Zuhdi, S.Pd., M.Pd | Eagle Ed. XXVII
Memasuki zaman yang sudah maju ini, orang menyebut istilah zaman menjadi era, itu tandanya terdapat pergeseran budaya termasuk bahasa. Jelasnya, pergeseran di segala bidang tampak mewarnai era yang semakin canggih ini. Jika berubahnya budaya menjadi lebih baik maka era yang sudah maju ini telah memberi kontribusi positif pada kehidupan umat manusia. Misalnya budaya berpangku tangan menunggu giliran datang, sudah bergeser kepada menyinsingkan lengan untuk bekerja keras mencari capaian yang diharapkan. Maka tak heran jika di era sekarang emakmuran mulai dirasakan. Hampir sulit mencari jalanan yang berbatu dan berlumpur. Yang banyak ditemukan adalah jalanan yang mulus bahkan jalan tol tidak lagi di kota tetapi sudah menggusur susatu yang ada dan tol sudah berada di tengah-tengah mas yarakat de sa. Yang menjadi keprihatinan bahkan bisa menakutkan adalah era yang sudah maju ini bakal menggususur tatanan nilai-nilai kehidupan yang sudah terpatri di kehidupan masyarakat. Misalnya HP atau gadget sudah bukan barang mewah yang hanya bisa dimiliki oleh segelintir orang. Tetapi gadget sudah tak mau pindah ke lain tangan. Setiap orang bergantung setiap harinya kepada mesin ponsel ini. Jalinan komunikasi dan relasi yang memudahkan bagi penggunanya tampaknya sudah beralih fungsi pada penggunaan mesin ponsel untuk kebutuhan yang lain. Jika sudah sedemikian masif pengaruh gadget itu, maka tatanan nilai sudah terancam bahkan sudah mulai sirna. Renungkan, dalam satu komunitas dan hubungan yang sama, yakni keluarga satu rumah tidak bisa bertegur sapa, ngobrol santai seperti masa sebelumnya karena masing-masing asyik dan sibuk dengan gadgetnya. Bahkan saat waktunya harus berinteraksi “sholat” dengan Allah SWT, kotak kecil ‘ajaib’ itu menemani dan kerap mengganggu konsentrasi dalam beribadah. Bayangkan bagaimana jika gadget itu harus dimainkan oleh tangan-tangan pemula dan remaja yang belum jelas jati dirinya, bisa ditebak para generasi emas ini bisa terkendala cita dan harapannya, jangankan prestasi yang mereka dapatkan. Mengurus dirinya sendiri saja tidak bisa karena sedang dihipnotis oleh kenikmatan ber- HP kesayangannya.
Paparan diatas bisa menjadi gambaran betapa kehidupan modern ini berpengaruh kepada sendi kehidupan. Tetapi kita tidak bisa meninggalkan masa yang modern ini begitu saja, bahkan kita sudah memasuki era yang sudah dikonsep oleh Profesor Klaus Schwab, begawan ekonomi asal Jerman dalam bukunya “The Fourth Industrial Revolution” bahwa konsep ekonominya telah mengubah hidup dan kerja manusia yang menggagas tahun 2018 telah memasuki era 4.0 yakni era revolusi industri generasi ke-4 dimana teknologi menjadi penguasa tunggal di era yang juga disebut millenial ini. Keterlibatan teknologi menjadi kunci peradaban baru ini yang ditandai dengan sistem cyber-physical. Kondisi permesinan dan data yang canggih yang pernah digambarkan dalam peradaban film Mission Impossible seri 1 – 4 yang dibintangi aktor termahal Tom Cruise yang berperan sebagai agen Ethan Hunt adalah gambaran yang akan terjadi saat ini saat dunia maya sudah memenuhi jagat, yang dikenal dengan nama internet of things. Seluruh informasi tersaji secara cepat, tepat dan akurat dalam sajian data aplikasi komputer yang super canggih. Persaingan hidup yang tajam untuk mendapatkan keinginannya, utamanya bisnis akan sangat bergantung kepada kesiapan manusianya dengan kemampuan teknologi saat ini. Contoh ringannya adalah bisnis online sudah menjadi trand baru meninggalkan cara-cara konvensional. Ojek online, food online, ticket online bahkan transaksi apapun hanya selesai dari balik meja dalam waktu singkat, milyaran rupiah bisa diraup dalam waktu sekejap.
Namanya saja revolusi industri, maka akan ada percepatan perubahan yang begitu singkat kepada perubahan ekonomi global termasuk dampak yang segera akan ditimbulkan. Oleh karena itu, apabila kita tidak siap dengan era 4.0 di millenium ini maka kita menjadi manusia kerdil yang ditinggal oleh masanya. Era revolusi industri tidak saja akan mengubah ekonomi global dengan cepat, tetapi berdampak pada sektor pendidikan. Keberadaan pendidikan yang tidak menyesuaikan dengan era 4.0 ini bakal mengalami keterpurukan bahkan terancam gulung tikar. Oleh karenanya sektor pendidikan saat ini sudah mengantisipinya dengan langkah-langkah kongkrit. Misal basic data sudah komputer bahkan yang terbaru sistem penilaian siswa sudah berbasis online, aplikasi raport digital yang disebut ARD. Perubahan itu menandakan prestasi bagi setiap organisasi maupun perorangan. Jika dunia pendidikan sudah mulai menyesuaikan fenomena yang ada dalam 4.0 maka akan diikuti oleh proses pembelajaran yang tepat dan berdaya saing. Pelaku pendidikan yakni guru dan siswa dituntut untuk tidak biasa lagi dalam menghadapi era revolusi pendidikannya. Para guru dan siswa harus merubah diri dari cara lama ke cara baru, baik dalam berpikir maupun berbuat. Sikap kita tampak sepakat jika para guru dan siswa sudah harus selalu berpikir prestasi dan naik kelas, meski perjalanan untuk menjadi figur yang berprestasi harus dan masih mengais ditengah larinya percepatan t e k n o l o g i d a n i n f o rma s i . Demi menyesuaikan era 4.0 ini, kita akan s e p a h am b a h w a me r e k a y a n g berprestasilah yang akan memimpin dan menguasai perubahan zaman dan bagi mereka yang tak berprestasi bahkan tidak berbuat apa-apa yang akan jelas menjadi korban bahkan menjadi pecundang dari derasnya arus teknologi dan informasi di era revolusi industri ke-4 tahun 2011 – 2020.
Tahun 2019 ini pintu awal memasuki jejaring 4.0 yang dimulai sebenarnya pada tahun 2020. Tenaga manusia sudah tersisihkan diganti dengan optimalisasi fungsi otak yang akan mengalami editing genetik sehingga melahirkan karya-karya teknologi yang handal. Saatnya pendidikan merekontsruksi pola-pola pembelajarannya dengan memberikan lebih banyak keterampilan kepada peserta didik agar siap memasuki era yang digambarkan diatas. Meski penguatan pendidikan karakter teantang perilaku adiluhung tak boleh lalai dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam mempersiapkan ini Indonesia tengah menata ekonominya dengan sebutan Making Indonesia untuk membawa Indonesia menjadi The Best Ten, 10 besar ekonomi ASEAN tahun 2030 melalui 5 pogram manufaktur yakni sektor makanan dan minuman, industri kimia, otomotif , elektronik serta industri tekstil.
Untuk menangkap pasar yang hendak diperluas oleh pemerintah Indonesia dan bahkan dunia industri internasional itu maka kita sebagai kader dan generasi yang akan memasuki era itu tak mau berpangku tangan. Dengan semangat tinggi kita tinggalkan masa kelam dalam kemalasan untuk bangkit menyongsong masa depan yang penuh tantangan dengan bekerja keras, ikhlas dan senantiasa berlindung dalam buaian petunjuk dan perlindungan Sang Penguasa sejati Allahurobbi.
*)Penulis adalah Guru Biologi Wakil Kepala Bidang Hubungan Masyarakat dan Mutu MAN 2 Pasuruan